Valar Morghulis
TV series paling laris di dunia, Game of Thrones, telah memasuki masa paceklik alias sedang off penayangannya. Season 6 menjadi yang terakhir untuk dipublish pada kita semua sebelum dua season yang tersisa ya, kalau tidak salah. Sedikit akan saya ulas satu hal terkait final scene dari season tersebut, yaitu fakta tentang Jon Snow. Bran yang punya kemampuan time travel masuk ke dalam Tower of Joy dan melihat Lyanna Stark bersimbah darah setelah melahirkan bayi laki-laki. Tidak dijelaskan secara jelas siapa bayi tersebut, namun saat wajah si baby di zoom perlahan hingga close up, scene berpindah pada close up wajah Jon Snow yang sedang diklaim oleh para Stark Bannermen sebagai The King in The North. Scene ini menjadi petunjuk, diskusi, debat dan lain-lain apakah benar bayi yang dilahirkan Lyanna Stark adalah Jon Snow. Jika benar, siapakah ayahnya? Berbagai asumsi bermunculan, dengan mayoritas netizen yang saya amati berkeyakinan bahwa ayah si baby adalah Rhaegar Targaryen. Akan sangat panjang jika perlu dijelaskan siapa Rhaegar Targaryen sehingga judul artikel dan isi tidak akan terlihat berhubungan. Singkat saja, dia adalah kakak laki-laki pertama Daenerys Stormborn yang tewas terbunuh.
Selama mengikuti serial ini lebih dalam aku merasa seperti belajar sejarah. Siapakah istri & anak raja yang telah mati, apa sebab kematian mereka, mengapa raja dikhianati, dan lain-lain seolah menggugah rasa ingin tahu yang dalam. Sayang sekali ini hanya fiksi, bukan kisah nyata, mengapa? Karena kisah yang diangkat terlalu real dan kompleks untuk sebuah fiksi. Penjabaran tentang peta lokasi masing-masing Klan, sejarah perbudakan, kehidupan dinasti 300 tahun yang lalu, dan lain-lain alangkah lebih baik jika dimasukkan pada kurikulum pelajaran sejarah sekolah dasar hingga menengah. Mungkin berlebihan dan segala yang berlebihan itu tidak baik.
Namun anggaplah cerita yang terjadi pada serial Game of Thrones adalah fakta. Ya, kisah perebutan takhta tersebut adalah sejarah yang dulu benar-benar pernah terjadi. Bayangkan saat ini kita hidup di era millenium yang mana beribu-ribu tahun sebelumnya di daratan yang sama terjadi hal-hal menakjubkan yang kita saksikan di serial GoT. White walker, wildling dan para naga dulu pernah hidup di dunia yang sama dengan kita.
Ada fakta menarik yang bisa dihubung-hubungkan jika kita bayangkan fiksi di atas adalah nyata. Yaitu masih mengalirnya darah salah satu klan besar alias keturunan klan yang bertahan hingga kini, era digitalisasi. Klan targaryen mungkin bukan hanya yang tertua, namun juga klan yang masih bertahan jika kita percaya. Cobalah untuk tinggal di Propinsi Sumatera Utara maka seolah anda akan menemukan mereka, the targaryens alive. Penduduk Sumatera Utara memang mayoritas memiliki marga yang diturunkan dari ayah, tidak berbeda dengan budaya Westeros. Ada dua marga yang menarik perhatianku yaitu Siregar dan Tarigan. Secara struktur kata kedua marga tersebut tidak jauh dengan kata Rhargar dan Targaryen. Sekali lagi, anggap ini fakta, bahwa orang-orang dengan marga Siregar dan Tarigan inilah keturunan Targaryen yang masih hidup di tahun 2016 Masehi.
Tulisan di atas sekadar imajinasi tak berdasar karena kemampuan otak melebihi struktur yang seharusnya. Sesungguhnya tidak ada hal-hal bersifat rasial yang penulis sampaikan. Tidak ada niat untuk merendahkan yang satu dan meninggikan yang lainnya. Tidak ada. Tulisan ini murni pemikiran penulis karena ada kemiripan kata yang menarik jika dihubungkan. Namun sesungguhnya apa yang ungkapkan tidaklah benar. Penulis pernah pernah mengenal orang dengan marga tersebut di atas. Mereka baik dan ramah kok kepada penulis, baik pria maupun wanita nya. Akhirnya sebagai penyemangat dan kalimat penutup, banggalah menjadi Indonesia. Negara ini yang masih punya keturunan dinasti besar pada era para pahlawan.